Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Hakekat Sekolah Unggulan menurut Ibu. Lilis Lestari, S. Pd.

 


Hai hai hai.....bunda, di Indonesia sangatlah banyak sekolah dari yang negeri sampai swasta, tetapi tidak semuanya merupakan sekolah unggulan. Para orangtua tentu menginginkan anaknya untuk menempuh pendidikan di sekolah unggulan. di sini mimin sedikit mengupas Pandangan guru MI AL Amin Sinongko, Gedong Karanganyar yaitu Ibu. Lilis Lestari, S. Pd. terkait Apa sih sekolah unggulan itu? oke langsung saja mimin share pandangan beliau..cling

Hakikat Sekolah Unggul

Bulan sekarang adalah bulan dimana orangtua  ancang-ancang  memasukkan anaknya untuk mendapatkan fasilitas pendidikan yang terbaik untuk buah hatinya, terkhusus yang baru akan masuk baik di tingkat SD, SMP maupun SMA. Apa yang menjadi pertimbangan mereka dalam memilih sekolah terbaik?

Tentu ada banyak faktor yang menjadi tolok ukur kualitas sekolah. Salah satunya yang selama ini dijadikan pedoman, sekolah tersebut merupakan sekolah unggul.

Beberapa indikator sekolah unggul antara lain status akreditasi sekolah, pentarafan sekolah (sekolah nasional plus, sekolah international), sekolah favorit hingga proses seleksi siswa secara ketat. Namun, apakah indikator yang dijadikan pedoman memilih sekolah ini sudah tepat sasaran? Bagaimana sebenarnya defenisi sekolah unggul?

Beberapa waktu lalu, Mahkamah Konstitusi melalui keputusannya menghapus status rintisan sekolah bertaraf internasional. Selain kontroversial, keputusan ini mengundang banyak reaksi karena banyak orang menganggap sekolah bertaraf internasional salah satu jalan untuk memperbaiki pendidikan di Indonesia. Ada anggapan sekolah internasional merupakan sekolah yang unggul di berbagai bidang.

Tapi faktanya, penamaan sekolah unggul belum tentu didukung kualifikasi yang sebenarnya sebagai sekolah unggulan. Proses standardisasi keunggulan yang selama ini diterapkan tidak sepenuhnya benar jika dikaji lebih jauh. Termasuk sekolah bertaraf internasional, banyak yang hanya berorientasi pada fasilitas dan kemewahan melimpah sehingga dicap sebagai sekolah internasional, elite, unggul atau apa pun itu namanya.

Terlebih beberapa sekolah unggul, sekolah dengan akreditasi tinggi atau sekolah favorit menyaring siswanya secara ketat dengan ujian sangat ketat pula. Proses seleksi ini seperti menyaring siswa yang “cerdas” dan baik. Siswa dengan kemampuan akademik rata-rata atau di bawah tidak punya kesempatan bersekolah di sekolah tersebut. Sekolah unggul menyeleksi input terbaik untuk kemudian dididik menjadi yang terbaik.

Ibu Lilis Lestari, S. Pd. "mengatakan bahwa"sekolah yang hanya menerima anak-anak dengan nilai kognitif terbaik pada dasarnya seperti mengolah emas menjadi emas. Padahal, sekolah yang baik seharusnya mampu mengolah sampah menjadi emas".

Tentu tidak sulit mengolah emas menjadi emas, layaknya pengolah emas murni menjadi berbagai emas perhiasan. Tapi, akan sangat luar biasa jika bisa mengubah sampah menjadi emas. Begitupun dengan sekolah, seharusnya bisa menjadikan setiap anak unggul berdasarkan keahliannya masing-masing. Bukan hanya memilih siswa terbaik dengan seleksi ketat dan membuang sebagian siswa yang nilai akademiknya kurang baik meski ia sebenarnya punya talenta lain.

Penyeleksian ini tentu punya pengaruh bagi siswa baik yang lulus maupun yang tidak lulus. Katakanlah ada sekolah favorit yang setiap tahun pendaftarnya mencapai 500 siswa sedangkan yang mampu ditampung 100 siswa, sehingga 400 siswa lagi harus mencari sekolah lain yang mau menerima mereka. Muncullah dinding tak terlihat di antara sekolah dan para siswa.

Efeknya ada pada sekolah yang mau menerima siswa tidak lulus tersebut, akan dicap masyarakat sebagai sekolah yang menerima siswa buangan, tidak cukup pandai dan nakal. Sementara siswa yang tidak lulus, mereka akan merasa sebagai orang yang gagal, tidak mampu menembus sekolah yang katanya unggul tersebut. Belum lagi harus menghadapi pandangan masyarakat tentang pengkategorian mereka sebagai siswa gagal.

"Pandangan negatif itulah penyebab banyaknya kriminalitas di kalangan pelajar. Sebab, pandangan negatif yang selalu mereka terima akan berpengaruh dan melekat pada kualitas hidupnya sepanjang masa. Anggapan siswa tidak lulus adalah siswa gagal, pecundang atau semacamnya, tentu berpengaruh pada psikologis siswa yang notabene belum dewasa" terang Ibu Lilis Lestari, S. Pd

Proses Terbaik

Ibu Lilis (panggilan akrabnya)juga  menyebutkan bahwa "sekolah terbaik bukan sekolah yang lebih mementingkan best input melainkan best proses. Artinya, sekolah yang baik bukan menyeleksi mencari siswa terbaik, melainkan memberikan proses belajar terbaik agar menghasilkan out put terbaik".

Defenisi sekolah unggul seharusnya sekolah yang menerima siswa dalam kondisi apa pun untuk diolah melalui proses terbaik dan menjadikannya out put terbaik. Sekolah unggul adalah sekolah yang fokus pada kualitas pembelajaran, bukan kualitas pelajar dan proses pembelajaran bergantung pada kualitas para guru.

Jadi, sekolah yang benar-benar unggul adalah sekolah yang melalui proses pembelajarannya mampu menjadikan semua siswa dibimbing ke arah perubahan yang lebih baik tanpa peduli bagaimana kualitas akademik dan moral mereka. Sekolah model begini mesti punya paradigma, pada dasarnya tidak ada anak bodoh, karena semua anak pasti memiliki bakat, minat, karakter dan gaya belajar masing-masing.

Penyeleksian siswa berdasarkan angka kognitif saja (biasanya pada pelajaran-pelajaran eksakta) terkesan diskriminatif. Bagaimana dengan siswa yang cerdas secara musikal, kinestetis atau visual, sementara kemampuan di bidang matematis logisnya tidak cukup? Apa tidak ada kursi bagi mereka di sekolah unggulan? Coba kita renungkan lagi apakan pedoman kita menentukan sebuah sekolah unggulan sudah tepat?

Sekadar memberitahu, di Jepang, Findlandia dan beberapa negara maju lainnya tidak ada yang namanya sekolah internasional atau sekolah unggulan. Sebab, semua sekolah mesti menjadi sekolah unggul dan menjadikan siswanya unggulan pula. Kualitas sekolah tidak ditentukan akreditasi yang dikeluarkan pemerintah atau pentarafan yang dibuat sekolah itu sendiri, melainkan langsung dari masyarakat selaku konsumen sekolah. Jika anak mereka selama sekolah mengalami perubahan ke arah yang lebih baik, maka sekolah itu dianggap baik pula. tegas bu Lilis Lestari, S. Pd.

oke bunda, mimin berpesan untuk orangtua yakinlah akan potensi anak dan dampingilah selalu untuk dalam setiap prosesnya

Posting Komentar untuk "Hakekat Sekolah Unggulan menurut Ibu. Lilis Lestari, S. Pd."